Biografi Ibnu al-Haitsam

Beliau mengkaji tentang gerakan yang membawanya menemui sebuah prinsip intersia dan statik. Beliau telah menegaskan dan menjadikan optik sebagai suatu ilmu sains baru. Banyak kajian beliau yang telah mendahului dan kemudian diikuti oleh Francis Bacon, Leonardo da Vinci dan Johanes Kepler.

Al-Hazen Ibnu Haitsam merupakan sebutan salah seorang filsuf islam yang aslinya bernama Abu Ali Muhammad Al-Hasan bin Al-Haitsam. Beliau ialah seorang ilmuan islam yang ahli dalam bidang falak, geometri, sains, matematik, pengobatan dan filsafat. Salah satu penelitian yang pernah ia lakukan pada masanya yaitu mengenai cahaya. Dari penemuan itulah beliau sangat berjasa bagi ahli sains barat seperti Kepler dan Roger Bacon dalam menciptakan karyanya yaitu mikrosof dan teleskop dan juga kamera yang sampai sekarang masih digunakan dan masih sangat bermanfaat.

Al-Hazen Ibnu Haitsam lahir di Basrah-Buwaihiyah tahun 965 M / 354 H  dan meninggal di Qahiroh tahun 1039 tepat diumur 74. Semasa hidupnya, beliau banyak menghasilkan penelitian-penelitian mengenai Sains dan Filsafat, juga telah menulis beberapa  karyanya dalam berbagai kitab tentang teori ilmu matematik, geometri, dan lain sebagainya. Dari sumber yang saya baca, beliau telah menulis beberapa kitab yang menjadi karya semasa hidupnya, diantaranya yaitu :

  Al-jami’ fi Ushul Hisab yang mengandung teori-teori ilmu matematik dan matematik penganalisaannya.

 At-tahlil wat Takbir mengenai ilmu geometri.

 Kitab Tahlilul Masa’ilul Adadiyah tentang algebra.

 Maqalah fi Istikhraj simatul qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi segenap rantau.

 Maqalah fima Tad’u llah mengenai penggunaan geometri dalam urusan hukum syara’a.

 Risalah fi Sina’atusy Syi’ir mengenai teknik penulisan puisi.

Banyaknya karangan beliau, membuat beliau dikenal sebagai orang yang miskin dari segi harta (material)  namun kaya akan pengetahuan. Dan beberapa pandangannya masih relevan sampai saat ini. Selain terkenal sebagai ilmuan matematik, geometri dan pengobatan, Al-Hazen ibnu Haitsam juga mahir dalam bidang agama, sains, filsafat, astronomi, fisika dan optik.

SAINS
Dari segi Sains, beliau telah menemukan penelitian mengenai cahaya. Hasil penemuannya telah beliau tulis dalam bukunya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, antara lain Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana. Menurut beliau, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19 derajat di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat.
Selain penemuan itu, ibnu Haitsam pun telah menemukan prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuan yang bernama Trricella mengetahui perkara itu 500 tahun kemudian. Lalu kemudian Ibu Haitsam pun menemui kembali penemuan mengenai wujud tarikan gravitasi jauh sebelum Newton mengetahuinya. Bahkan penemuannya mengenai ilmu jiwa manusia sebagai satu retanan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan ilham terhadap ilmuan-ilmuan barat dalam menghasilkan wayang gambar.

FILSAFAT

Penulisannya mengenai filsafah, logika, metafisika dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan turut ia ringkas ulasanan tersebut dalam karya-karya sarjana terdahulu. Penulisan filsafahnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi pertikaian. Baginya, filsafah tidak boleh dipisahkan dari pada matematik, sains dan ketuhanan. Ketiga-tiganya harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang perlu menggunakan waktu muda dengan sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fisik dan mental akan turut mengalami kemerosotan.

ASTRONOMI

Dalam karya astronominya, Al-Haitsam melanjutkan pendapat para ilmuan Yunani mengenai proses pengubahan langit abstrak menjadi benda-benda padat. Beliau melukis gerakan planet-planet, tidak hanya dalam terma eksentrik dan episiklus saja tetapi juga dalam satu model fisik. Pendapatnya banyak mempengaruhi dunia pemikiran bagian Barat pada zaman Jonhannes Keples. Tiga abad kemudian karya ini ditukar dalam bentuk ikhtisar oleh astronomi muslim yaitu Nasiruddin At-Tusi.

FISIKA

Dalam bidang ini, beliau mengkaji tentang gerakan yang membawanya menemui sebuah prinsip intersia dan statik. Beliau telah menegaskan dan menjadikan optik sebagai suatu ilmu sains baru. Banyak kajian beliau yang telah mendahului dan kemudian diikuti oleh Francis Bacon, Leonardo da Vinci dan Johanes Kepler.

OPTIK

Kajian ilmu optiknya menghasilkan karya sebuah kamera yang berkinerja obscura dan sampai saat ini masih digunakan oleh seluruh umat manusia di seluruh penjuru dunia. Istilah kamera obscura ditemukan oleh Al-Haitsam dan dikenalkan pertama kali oleh Joseph Kepler (1571 M- 1630 M) di daerah barat. Kajian yang membahas tentang Optik ini, terdapat pada karyanya yaitu buku atau kitab jurnal Al-Manazir yang djadikan rujukan ilmu optik. Karena itu tidaklah  heran jika ia dijuluki sebagai bapak optik. Di dalam kitab Al-Manazir ini, beliau menjadi ilmuan pertama yang mampu menjelaskan bagaimana cara kerja optik pada  mata manusia dalam menangkap atau menerima gambar secara detil dan visual. Dalam penulisannya mengenai optik yang ada pada jurnal kitabnya yaitu Al-Manazir, beliau memang banyak terpengaruh dari ilmuan Barat Aristoreles, khususnya visi yang melibatkan penerimaan gambar eksternal.

Di masa mudanya saat dimana ia haus akan pengetahuan dan menghabiskan waktu-waktu muda sampai remaja kemudian masa dewasa, ia berkelana mencari ilmu dari Basrah ke Ahzaw lalu Mesir dan Kairo. Pada tahun 345 H atau 965 M sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di bandar kelahirannya ia memulai pendidikannya di Basrah kemudian setelah lama menjadi anggota kepemerintahan disana, beliau melanjutkan belajarnya ke Ahzaw dan Baghdad, di dua daerah rantauan tersebut, beliau memfokuskan belajarnya dalam perhatiannya pada penulisan.

Lalu kemudian beliau berhijrah ke Mesir dan memutuskan untuk berkerja menyelidiki aliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematik dan falak. Tujuan ia berkerja ialah agar ia memiliki uang untuk melanjutkan perjalanan belajarnya atau pencarian ilmunya ke Universitas Al-Azhar. Hasil dari panjangnya perjalanan, usaha-usaha yang dilakukan dan segala karya yang telah beliau tulis. Al-Hazen ibnu Haitsam seorang filsuf islam terkenal menjadi seorang yang sangat mahir, cerdas, dan pintar dalam bidang falak, filsafat, matematik, sains, agama, geometri, pengobatan dan optik. Dan sampai saat ini telah tercatat bahwa penemuan Optik menjadi karya utama dari Al-Hazen ibnu A-Haitsam seorang Filsuf Islam yang sangat cerdas.

Selain karya utama tentang Optik yang dijadikan warisan intelektual dari Al-Hazen ibnu Haitsam, dua karya lainnya yang juga terkenal adalah Eksperimen Lensa dan Metode Kamar Gelap. Sejarawan terkemuka Amerika. George Sarton, mengumpulkan karya-karya Al-Hazen ibnu Haitsam dalam bukunya yang berjudul  Introduction to The Study of Science. Buku ini menjadi bacaaan yang wajib bagi mereka yang mencintai ilmu.

EKSPERIMEN LENSA

Dalam eksperimen lensa ini, beliau Al-Hazen ibnu Haitsam membuat sendiri lensa dan cermin cekung melalui mesin bubut yang ia miliki. Eksperimennya yang tergolong berhasil ialah pada  saat ia menemukan titik fokus sebagai tempat pembakaran terbaik. Saat itu, ia berhasil mengawinkan cermin-cermin bulat dan parabola. Semua sinar yang masuk dikonsentrasikan pada sebuah titik fokus, sehingga menjadi ttik bakar.

METODE KAMAR GELAP

Pada dasarnya metode kamar gelap sama saja dengan metode kamera obscura, metode ini dilakukan oleh Al-Hazen ibnu Haitsam saat gerhana bulan terjadi. Kala itu, ia mengintip citra matahari yang setengah bulat pada sebuah dinding yang berhadapan dengan sebuah lubang kecil yang dibuat pada tirai penutup jendela.

Leave a comment